Harian akhir pekan : KAFEIN

Kopi bagi kami masyarakat Aceh sudah merupakan suatu budaya. Tiada hari tanpa minum kopi biasa disebut dengan istilah "ngopi". Budaya ngopi merupakan warisan dari kakek buyut kami. Jika dibaca sejarah sebenarnya kopi bukan minuman asli daerah Aceh. Tapi kopi mulai masuk ke Aceh melalui program " Tanam Paksa" dari kerajaan Belanda sekitar awal abad ke 20. Dataran tinggi gayo merupakan lokasi yang dipilih untuk program tersebut. Kopi jenis arabica gayo salah satu yang terbaik di dunia.

Sejak saat itu kopi menjadi minuman favorit masyarakat Aceh. Mengapa minum kopi itu seperti ketagihan, apakah hanya faktor budaya atau faktor KAFEIN. Hampir semua orang tau zat yang terkandung di dalam biji kopi adalah kafein. Tapi tidak semua orang bisa menikmati sensasi dari kafein itu sendiri.

Saya pernah melakukan wawancara dengan pembuat kopi tradisional. Dia katakan kopi yang bagus itu jika kita minum akan menimbulkan sensasi di lidah dan di saraf kepala. Sehingga kita akan merasakan adrenalin yang mengalir dengan kencang dan berdampak pada keluarnya butiran keringat di kepala yang membuat kita menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas.

Mayoritas masyarakat aceh minum kopi yang di saring seperti pada gambar di awal. Hampir semua warung kopi di aceh menjual kopi saring. Sudah menjadi kebiasaan sebelum pergi kerja, ngopi dulu. Demikian juga ketika istirahat dan pulang kerja tetap mampir di warung kopi. Seperti yang saya katakan tiada hari tanpa ngopi.

Bagaimana dengan bahaya kafein yang selalu dikampanyekan sebagai penyebab penyakit jantung? Bagi kami itu hanyalah sebuah mitos yang dipaksakan. Bagaimana mungkin kami menyalahkan kafein yang merupakan zat alami bukan zat kimia pabrik?. Bagi kami kafein adalah sahabat sejati yang mampu menghadirkan sensasi tanpa batas. Apapun makanannya, kopi minumannya.